Home / Goresan Pagi / Aqidah / (11) Perbedaan Antara Kehendak Allah SWT Dengan Ridho Allah Swt

(11) Perbedaan Antara Kehendak Allah SWT Dengan Ridho Allah Swt

(11) Perbedaan Antara Kehendak Allah SWT
Dengan
Ridho Allah Swt
Oleh : Dr. H. Syamsulbahri Abd. Hamid, Lc. M.A

Iradatullah (kehendak Allah Swt) dengan ridho Allah Swt dalam pandangan Mu’tazilah adalah dua hal yang identik yang tidak berbeda pemaknaannya , sementara dalam pandangan para ulama Akidah Islam ahlussunnah wal jamaah dua hal itu berbeda jauh, perbedaan itu disebabkan oleh pada pemaknaan Bahasa Arab yang berbeda dari keduanya itu di satu sisi, disisi lain perbedaan itu muncul pada penggunaan Al-Qur’an pada dua lafal yang berbeda makna antara iradatullah dan ridho Allah Swt.
Dalam hal pemahaman Bahasa keseharian antara kehendak dan ridha itu berbeda maknanya. Kehendak (Iradat ) suatu keputusan dari akal manusia untuk melakukan sesuatu, tanpa memandang apakah hal itu menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi manusianya, sementara ridho itu menunjukkan kesukaan pada sesuatu, atau hal yang menyenangkan. Antara iradat dan ridho tidak ada ketergantungan makna antara satu dengan lainnya, karena kadang ada hal yang dikehendaki maka itu bisa jadi disenangi ataukah hal itu tidak disenangi, bahkan kadang ada hal yang disenangi, tetapi tidak diinginkan, dan terkadang ada juga yang disennagi dalam waktu yang sama ia juga diinginkan.
Hal yang mempertegas perbedaan makna pada keduanya (iradat dan ridho) adalah bila kita memandang pada diri kita masing masing, khususnya bila tiap individu itu memeriksa perasaan masing masing disaat melakukan aktifitas atau bertingkah laku, walau telah jelas difahami bahwa manusia itu sangat bebas berikhtiar dan bebas dalam bertingkah laku, namun setiap tingkah laku itu berbeda rasanya di hati antara kondisi kita menyukainnya atau tidak menyukainya atau kurang berkenan di hati, sehingga perbuatan yang dilakukan oleh kita manusia ini, tidak selamanya disukai dihati sendiri, bahkan kadang sebaliknya. Demikian maka akal manusiapun tidak serta merta menerima secara benar apa yang disukai oleh hati manusia. Jadi Iradat bagi manusia itu adalah keputusan yang memuat suatu maslahat yang menuntut pada adanya hikmah, sedangkan ridho bagi manusia tiada lain adalah hal yang dirasakan gembira dan menyenangkan yang merupakan lawan arti dari suatu kemurkaan.
Adapun tinjauan secara Bahasa Al-Qur’an pada kata Iradat dan ridho, maka gambarannya dapat dicermati disaat Allah menetapkan adanya iradat bagi Allah swt dengan ungkapan sebagai berikut :

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَن يَقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ

Terjemahnya : Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.
Dan ayat berikut :

قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ بِكُمْ ضَرًّا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ نَفْعًا بَلْ كَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا

Terjemahnya : Katakanlah: “Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Kedua kecenderungan pada pemaknaan ayat ayat yang dibahas ini menunjukkan bahwa yang terjadi di alam raya ini tiada lain adalah di bawah iradat Allah baik itu hal merusak atau hal yang bermanfaat. (suatr alfath ayat 48)
Adapun Sifat Ridho Allah tertuang dalam surat al-Zumar ayat 39 :

وَلَا يَرْضَىٰ لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ ۖ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ

Terjemahnya : … dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu…
Demikiann juga surat al-Taubah ayat 96 berbunyi:

يَحْلِفُونَ لَكُمْ لِتَرْضَوْا عَنْهُمْ ۖ فَإِنْ تَرْضَوْا عَنْهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَرْضَىٰ عَنِ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ

Terjemahnya : Mereka akan bersumpah kepadamu, agar kamu ridha kepada mereka. Tetapi jika sekiranya kamu ridha kepada mereka, sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik itu.
Pada pemaknaan ayat tentang Iradat dan Ridho dimengerti, betapa iradat Allah berkaitan terhadap semua ciptakanNya dan meliputi semua yang dikerjakan oleh manusia baik atau buruk perbuatan itu, sementara ridho Allah Swt tidak berkaitan dengan seluruh urusan manusia, hanya separuhnnya saja yang diridhoi Allah, dan separoh urusan manusia lainnya ada yang tidak diridhohi Allah Swt. Sehingga kesimpulan dapat dicanangkan bahwa jika sekiranya makna iradat Allah swt dan ridho Allah itu hal yang identik seperti anggapan pemikiran Mu’tazilah, maka iradat Allah Swt akan adanya kejadian kejadian, fenomena alam dan dan tingkah laku manusia yang baik dan buruk itu sekaligus seluruhnya diridhoi oleh Allah dan ini makna yang tidak benar, karena bertentangan dengan ayat Allah Swt yaitu :

يَحْلِفُونَ لَكُمْ لِتَرْضَوْا عَنْهُمْ ۖ فَإِنْ تَرْضَوْا عَنْهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَرْضَىٰ عَنِ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ

Terjemahnya: Mereka akan bersumpah kepadamu, agar kamu ridha kepada mereka. Tetapi jika sekiranya kamu ridha kepada mereka, sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik itu.

Walhamdulillahi bini’mathi tatimmus sholehat.

Check Also

https://www.google.co.id/search?q=%D8%A7%D9%84%D8%AE%D9%8A%D8%B1+%D9%88%D8%A7%D9%84%D8%B4%D8%B1+%D9%81%D9%8A+%D8%A7%D9%84%D9%82%D8%B1%D8%A7%D9%86&rlz=1C1GGRV_enID754ID754&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjhp7jLlMzWAhWBQ48KHSzZD5EQ_AUICigB&biw=1366&bih=637#imgrc=zvOvu2o3fGB2HM:

(17) Manusia Dicipta Dengan Dua Tipe “Ada Baik dan Ada Buruk”

(17) Manusia Dicipta Dengan Dua Tipe “Ada Baik dan Ada Buruk” Oleh : Dr. H. …

Leave a Reply