Moderasi Beragama Bagi
Penyuluh Agama Islam
Dr, Syamsul Bahri Abdul Hamid Lc. Ma
Sekretaris Komisi Fatwa Sulawesi Selatan
Dosen Sastra Arab Universitas Hasanuddin
Dekan Fai Universitas Cokroaminoto Makassar
I. Pendahuluan
Islam secara natural datang membawa nilai yang komprehensif dan universal, seluruh ajarannya cocok untuk segala waktu dan zaman , tidak mengenal ketertinggalan nilai dan tidak juga membawa nilai yang tak bisa diejawantahkan.
Bila ajaran Islam itu bersumber dari dua pokok ajaran utama Al-Qur’an dan sunnah rasul, maka kedua sumber ini cocok untuk segala tempat dan waktu.
Penerapan nilai ajaran Islam berfluktuasi pada manusia yang melakukan dengan penuh kesungguhan namun melebihi kapasitas yang diwajibkan dan disunahkan maka itu disebut guluw atau ifrath, bila dimengerti secara kurang dan dipaksakan maka disebut tafriit, hal yang menimbulkan kebodohan dalam melakukan sesuatu, diantara keduanya adalah moderat yang sering disebut bersifat moderasi artinya sesuai dengan situasi, kemampuan, dan kadar yang bisa diterapkan oleh manusia, dan penerapan moderasi ini sudah diuji coba pada sahabat sahabat nabi saw, yang tidak ma’shum terbebas suci dari dosa, maka kekhilafan dikalangan sahabat adalah melahirkan kesempurnaan zaman itu karena nabi langsung terjun mengentaskan seluruh kesalahan yang terjadi baik yang berlebihan ataupun yang kurang itu terekam dalam surat Al-Baqarah, ayat 143 :
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِ ۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗ وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ ۳﴾
Terjemahan Indonesia: Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia. (QS. Al-Baqarah: (143).
II. Pembahasan Islam Membawa Nilai Moderasi.
- Arti Moderasi Dalam Islam
Sebenarnya Islam tidak mesti memperkenalkan sistem moderasi sebagai ungkapan baru dan istilah karena tabiat ajaran Islam seluruhnya moderasi, namun karena munculnya kecenderungan di zaman modern ini pada perilaku keras memahami Islam dan berlebihan dalam bersikap maka banyak kebenaran yang tertolak dan sulit ditawarkan disebabkan karena perilaku yang cenderung keras yang tak toleran itu sesuai firman Alah Swt :
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya: “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.”
Begitu pula muncul mereka yang mengaku Islam tapi tidak memperjuangkannya dan memahami Islam dengan sangat simpel jauh dari penerapan ajarannya sehingga yang muncul adalah ketidak jelasan dengan nama Islam dan cenderung memudah mudahkan sesuatu, dengan standar tidak memenuhi ini bahayanya adalah tidak mengupayakan nilai Islam menjadi tatanan kehidupan dalam berbagai aspek.
Maka yang mengemuka kemudian adalah dirumuskan kembali moderasi yang terlewatkan kembali dan dipopulerkan kembali sehingga umat ini terbangun dari melupakan nilai yang sudah mengakar sejak awal Islam yaitu moderasi beragama.
2. Karakteristik Moderasi Beragama.
Disebut juga maalim atau hal yang mencirikan nilai yang diperkenalkan itu sebagai bagian moderasi maka para ulama mengkategorikan sebagai berikut :
a. Perpaduan Fisik dan non Fisik
Prinsipnya dapat diselami pada ayat :
فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Terjemahannya : Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.
- Persesuaian yang seimbang antara terbuai dan tidak terbuai, dalam memandang materi dunia
وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاۤءَ اَمْوَالَكُمُ الَّتِيْ جَعَلَ اللّٰهُ لَكُمْ قِيٰمًا وَّارْزُقُوْهُمْ فِيْهَا وَاكْسُوْهُمْ وَقُوْلُوْا لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوْفًا
Terjemahannya : Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaan) kamu yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.
2. Syariat itu dinamis dan mengembangkan sesuatu
yang dinamis ini adalah fundamen ajarannya meliputi aqidah, hukum dan akhlak serta tata cara beribadah dan muamalah itu nilainya dinamis mengakar.
Adapun yang berkembang dan mengembangkan adalah nilai luhurnya dan sasarannya yang dapat bertransformasi melahirkan tatanan baru untuk zaman baru, maka antara kondisi baru dan tatanan baru bahkan hukum baru selalu sesuai kondisi masyarakat dan zaman.
تَبٰرَكَ الَّذِيْ نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلٰى عَبْدِهٖ لِيَكُوْنَ لِلْعٰلَمِيْنَ نَذِيْرًا
Terjemahan Indonesia: Maha Suci Allah yang telah menurunkan Furqan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya (Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia). (QS. Al-Furqan: 1).
3. fleksibilitas berinteraksi dengan non muslim.
Adab dan pergaulan seorang mukmin billah harus adil dan tidak menyepelekan non muslim karena prinsip keimanan yang berbeda.
وَاِنْ جَاهَدٰكَ عَلٰٓى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا ۖوَّاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّ ۚ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ﴿لقمان : ۱۵﴾
Terjemahan Indonesia: Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Luqman: 15)
- Asas -Asas Membangun Moderasi Beragama .
- Berpegang ke tali agama Allah.
Berpegang pada tali agama Allah bahwa apapun perncanaan seorang berfaham moderat adalah kembali kepada tatanan moderasi yaitu kitabullah dan sunnah rasul saw
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖ وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًا ۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَح
Terjemahan Indonesia: Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali ‘Imran: 103)
2. Memperhatikan Ilmu syariat Dan Merujuk ke para Ulama Terkemuka.
علماء أمتي كأنبياء بني إسرائيل
sabda nabi ulama ummatku bagai para nabi bagi bani Israil.
yaitu keputusannya adalah hukum absah bagi ummat
3. Mempertimbangkan Maslahat Jamaah.
Jamaah umat ini adalah ukuran keberhasilan nabi Muhammad saw, berdakwah di saat mayoritas umat rasulullah saw yang beriman sudah dalam keadaan absah iman dan amal sholehnya maka nabi saw diwafatkan dan umat dinyatakan dalam kondisi baik, sehingga mazhab jamaah dan kecenderungan jamaah selalu mencirikan moderasi Beragama, Rasul saw bersabda :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَجْمَعُ أُمَّتِي عَلَى ضَلَالَةٍ ، وَيَدُ اللَّهِ مَعَ الْجَمَاعَة
artinya Allah tidak mengumpulkan urusan umatku dalam keadaan sesat, dan perlindungan Allah selalu bersama kemaslahatan jamaah.
III. Penutup
Moderasi beragama adalah nilai utama Islam dalam seluruh sendi sendi, nilai nilai, tatanan tatanan dan perintah dan larangan, walau tidak dimunculkan secra teori maka berpegang ke tali agama Agama secara baik itulah hakekat moderasi.
Sekian
Dr. Syamsul Bahri Abdul Hamid Lc., Ma.